Senin, 06 September 2010

Ramadhan Yang Hendak Berlalu

Bismillahirrahmanirrahim.

Syukur alhamdulillah senantiasa tetap terlimpah kepada Allah SWT. atas nikmat Iman dan Islam yang masih dilekatkan pada hati dan sanubari kita. amin.

Sholawat serta salam semoga tetap terhatur kepada Junjungan Nabi kita Muhammad bin Abdullah SAW, atas jasa beliau kita melek agama, berkat jasa beliau kita tahu jalan yang benar menuju Ridho Allah SWT.

Bulan ramadhan adalah bulan yang penuh berkah sebagimana digambarkan oleh Allah dan Rosul-Nya. Pada bulan Ramadhan Allah sendiri memproklamirkan pemilihan manusia berprestasi dengan derajat muttaqin. Allah juga menjamin amal dan ibadah yang terkhusus bagi sang Kholik. Nabi Muhammad menggambarkan lipatan amal dan ibadah pada bulan ini jika ditopang dengan pondasi ikhlas.

Karena istimewanya bulan Ramadhan, sehingga amalan puasa sebagai instrumen utama ibadah dalam bulan ini juga berlaku sangat khusus. Hal ini ditunjukkan dalam ayat perintah puasa yaitu Al-Baqoroh ayat 183. Di sana disebutkan bahwa yang berkewajiban berpuasa ramadhan adalah insan yang berkategori mukmin yaitu iman dan yakin bahwa tiada ilah yang hak disembah kecuali Allah. Kemudian diakhir ayat dijelaskan bahwa ultimate goal yang dituju adalah manusia istimewa yang berderajat Muttaqien.

Keimanan sebagai pondasi awal bagi perintah berpuasa kiranya sangat beralasan. Karena tidak layak bagi orang yang tidak beriman dengan baik dan benar mendapatkan keberkahan dan bonus-bonus langsung dari Allah pada bulan Ramadhan. Hal ini senada dengan peringatan Allah atas perbuatan dosa yang dinyatakan Allah tidak akan diampuni oleh-Nya jika tidak ditaubatkan dengan sebenarnya pertaubatan. Termaktub dalam surat an-Nisaa' ayat 48 dan 116. Dalam keterangan firman Allah ini jelas bahwa dosa syirik (menyekutukan Allah) adalah perbuatan dosa besar yang tidak terampuni oleh Allah.

Insan muttaqin sebagai ultimate goal juga mempunyai landasan logika yang sangat rasional. Karena hanya insan yang muttaqien yang mengetahui posisi dan porsi dimana dan seberapa hak dan kewajiban seorang hamba terhadap Tuhannya. Secara lebih luas orang muttaqien akan membawa keluhuran hidup bagi lingkungan, keluarga dan masyarakat bahkan negara sebagai kholofah di bumi yang sesuai ruh diturunkanna islam di muka bumi sebagai rahmatan lil 'alamin. Kenapa demikian?, karena sesuai dengan sabda nabi: bertakwalah kalian dimanapun engkau berada, setelah itu segala amal buruk atau kontra produktif segera tutupi dengan perbuatan yang berkarya nyata baik kebaikan dan kemaslahan. Setelah itu sempurnakan interkoneksi dan komunikasi sesama manusia untuk bersama saling berwasiat dan kebaikan dan kesabaran.

Sebagai bekal di penghujung Ramadhan tahun 1431 H, maka beberapa prinsip ini paling tidak dapat menambah kesempurnaan ibadah kita, yaitu:
1. Jauhkan perbuatan syirik dari kehidupan kita,
2. Berakhkal karimah kepada Tuhan dan sesama,
3. Menjaga pondasi iklas beribadah karena Allah semata,
4. Ingat eksistensi kita didunia dan diakherat yang harus seimbang.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 23 Maret 2010

PERINGATAN MAULID DAN BID'AH

Pertanyaan:
Saya pernah membaca dari buku terbitan kementrian agama Arab Saudi bahwa Peringatan Maulid Nabi tidak pernah dilakukan dan dicontohkan pada masa Nabi Muhammad SAW maupun pada masa sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW. Dalam buku tersebut diperkuat pula dengan hadist-hadist shahih. Yang ingin saya tanyakan adalah: "Bagaimana dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia apakah ada hadist yang membenarkannya dan bagaimana sikap kita untuk menghadapi sesuatu yang dikatagorikan bid'ah?"

Kalam Hikmah:
Ada tradisi umat Islam di banyak negara, seperti Indonesia, Malaysia, Brunai, Mesir, Yaman, Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya, untuk senantiasa melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti Peringatan Maulid Nabi SAW, peringatan Isra' Mi'raj, peringatan Muharram, dan lain-lain. Bagaimana sebenarnya aktifitas-aktifitas itu? Secara khusus, Nabi Muhammad SAW memang tidak pernah menyuruh hal-hal demikian. Karena tidak pernah menyuruh, maka secara spesial pula, hal ini tidak bisa dikatakan "masyru'" [disyariatkan], tetapi juga tidak bisa dikatakan berlawanan dengan teologi agama. Yang perlu kita tekankan dalam memaknai aktifitas-aktifitas itu adalah "mengingat kembali hari kelahiran beliau --atau peristiwa-peristiwa penting lainnya-- dalam rangka meresapi nilai-nilai dan hikmah yang terkandung pada kejadian itu". Misalnya, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Itu bisa kita jadikan sebagai bentuk "mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW" sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat "sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW".
Dalam Shahih Bukhari diceritakan, sebuah kisah yang menyangkut tentang Tsuwaibah. Tsuwaibah adalah budak [perempuan] Abu Lahab [paman Nabi Muhammad [SAW]. Tsuwaibah memberikan kabar kepada Abu Lahab tentang kelahiran Muhammad [keponakannya], tepatnya hari Senin tanggal 12 Robiul Awwal tahun Gajah. Abu Lahab bersuka cita sekali dengan kelahiran beliau. Maka, dengan kegembiraan itu, Abu Lahab membebaskan Tsuwaibah. Dalam riwayat disebutkan, bahwa setiap hari Senin, di akhirat nanti, siksa Abu Lahab akan dikurangi karena pada hari itu, hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, Abu Lahab turut bersuka cita. Kepastian akan hal ini tentu kita kembalikan kepada Allah SWT, yang paling berhak tentang urusan akhirat. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW secara seremonial sebagaimana yang kita lihat sekarang ini, dimulai oleh Imam Shalahuddin Al-Ayyubi, komandan Perang Salib yang berhasil merebut Jerusalem dari orang-orang Kristen. Akhirnya, setelah terbukti bahwa kegiatan ini mampu membawa umat Islam untuk selalu ingat kepada Nabi Muhammad SAW, menambah ketaqwaan dan keimanan, kegiatan ini pun berkembang ke seluruh wilayah-wilayah Islam, termasuk Indonesia. Kita tidak perlu merisaukan aktifitas itu. Aktifitas apapun, jika akan menambah ketaqwaan kita, perlu kita lakukan.
Tentang pendapat Ulama dan Pemerintah Arab Saudi itu, memang benar, sebagaimana yang kami tulis di atas. Tetapi, jika kita ingin 100% seperti zaman Nabi Muhammad SAW, apapun yang ada di sekeliling kita, jelas tidak ada di zaman Nabi. Yang menjadi prinsip kita adalah esensi. Esensi dari suatu kegiatan itulah yang harus kita utamakan. Nabi Muhammad SAW bersabda : 'Barang siapa yang melahirkan aktifitas yang baik, maka baginya adalah pahala dan [juga mendapatkan] pahala orang yang turut melakukannya' (Muslim dll). Makna 'aktifitas yang baik' --secara sederhananya--adalah aktifitas yang menjadikan kita bertambah iman kepada Allah SWT dan Nabi-Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad SAW, dan lain-lainnya.
Masalah Bid'ah:
Ibnu Atsir dalam kitabnya "Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar" pada bab Bid'ah dan pada pembahasan hadist Umar tentang Qiyamullail (sholat malam) Ramadhan "Sebaik-baik bid'ah adalah ini", bahwa bid'ah terbagi menjadi dua : bid'ah baik dan bid'ah sesat. Bid'ah yang bertentangan dengan perintah qur'an dan hadist disebut bid'ah sesat, sedangkan bid'ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid'ah hasanah. Ibnu Atsir menukil sebuah hadist Rasulullah "Barang siapa merintis jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang orang yang menjalankannya dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang menjalankannya". Rasulullah juga bersabda "Ikutilah kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku Abu Bakar dan Umar". Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan "Setiap yang baru dalam agama adala Bid'ah". Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama disebut "bid'ah".
Izzuddin bin Abdussalam bahkan membuat kategori bid'ah sbb : 1) wajib seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada zaman Rasulullah. Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama.Seperto kodifikasi al-Qur'an misalnya. 2) Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-Qur'an di dalam masjid. 3) Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga merubah arti aslinya, 4) Bid'ah Makruh seperti menghias masjid dengan gambar-gambar 5) Bid'ah yang halal, seperti bid'ah dalam tata cara pembagian daging Qurban dan lain sebagainya.
Syatibi dalam Muwafawat mengatakan bahwa bid'ah adalah tindakan yang diklaim mempunyai maslahah namun bertentangan dengan tujuan syariah. Amalan-amalan yang tidak ada nash dalam syariah, seperti sujud syukur menurut Imam Malik, berdoa bersama-sama setelah shalat fardlu, atau seperti puasa disertai dengan tanpa bicara seharian, atau meninggalkan makanan tertentu, maka ini harus dikaji dengan pertimbangan maslahat dan mafsadah menurut agama. Manakala ia mendatangkan maslahat dan terpuji secara agama, ia pun terpuji dan boleh dilaksanakan. Sebaliknya bila ia menimbulkan mafsadah, tidak boleh dilaksanakan.(2/585)
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa bid'ah terjadi hanya dalam masalah-masalah ibadah. Namun di sini juga ada kesulitan untuk membedakan mana amalan yang masuk dalam kategori masalah ibadah dan mana yang bukan. Memang agak rumit menentukan mana bid'ah yang baik dan tidak baik dan ini sering menimbulkan percekcokan dan perselisihan antara umat Islam, bahkan saling mengkafirkan. Selayaknya kita tidak membesar-besarkan masalah seperti ini, karena kebanyakan kembalinya hanya kepada perbedaan cabang-cabang ajaran (furu'iyah). Kita diperbolehkan berbeda pendapat dalam masalah cabang agama karena ini masalah ijtihadiyah (hasil ijtihad ulama).
Sikap yang kurang terpuji dalam mensikapi masalah furu'iyah adalah menklaim dirinya dan pendapatnya yang paling benar.

disarikan dari www.Pesantren Virtual.com

Selasa, 16 Februari 2010

Menjelang Milad Sang Utusan Agung

Beliau lahir di kota yang terkenal dengan hamparan gurun yang sangat panas dan penuh kekejaman dari perilaku para penghuniya. Hamparan gurun panas tak berperikemanusiaan ditambah perangai suka berperang dan kekerasan selalu menjadi hingar bingar kehidupan di kota Makkah kala itu.

Dalam suasana itu Allah menurunkan secercah embun penyubur padang gurun dengan disemayamkannya Muhammad dalam rahim Siti Aminah bin Abi Manaf atas buah cintanya dengan Abdullah bin Abdul Muttolib.

Tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal pada tahun dimana raja Abrohah penuh angkara bersama pasukan gajahnya berusaha menghancurkan ka'bah. Namun kelaliman tersebut dipatahkan dengan kekuasaan Allah yang hanya mengutus burung-burung kecil ababil berbekal batu dari neraka untuk menghancurkan pasukan Abrohah. Karena kejadian ini atau atas pembuktian kekuasaan Allah inilah tahun kelahiran Muhammad bin Abdullah disebut dengan tahun Gajah.

Bagi kaum muslimin Indonesia, ada pertanyaan apakah boleh merayakan kegembiraan atas tahun kelahiran nabi Agung Muhammad tersebut?.
Bagi penulis ya sah-sah saja kan sebagai sarana ekspresi rasa cinta dan mengenang keteladanan Muhammad untuk selanjutnya sebagai tuntunan hidup di dunia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Lantas bagaimana pendapat orang yang mengharamkan peringatan Kelahiran Nabi Muhammad?
Kebanyakan alasan yang mengharamkan kurang berdasar pada esensi yang hakiki. Mereka beralasan bahwa tidak ada tuntunan syari'ah sehingga tidak dibenarkan dalam Islam. Bahwa mereka lupa wujud peringatan bukanlah serial ibadah mahdoh yang membutuhkan justifikasi syariah atau teks suci (al qur'an dan hadis) akan tetapi lebih pada nilai akulturasi sosial etik yang ada dalam masyarakat muslim. Kalau ditanya dalam tuntunan syari'ahnya ya memang tidak ada. Akan tetapi peringatan kan bukan ubudiyah jadi tidak pas kalau alasan tuntunan syari'ah.

Kalau berpikir positif apakah madhorot dari adanya peringatan tersebut?, bukankah dengan adanya peringatan tersebut bisa menanamkan kecintaan generasi muslim yang nyata-nyata tidak pernah melihat wujud Muhammad sebagai seorang mulai yang patut untuk diteladani sebagai uswatun hasanah. Sehingga akan sangat baik kalau semakin kuat usaha kita untuk mendekatkan figur Muhammad kepada generasi muslim sebagai figur yang patut menjadi uswah hasanah, ketimbang kita melarang hanya dengan alasan ta'asub buta karena keegoisan ideologi politis kita.

semoga bermanfaat dan dapat menjadi renungan bagi yang ingin Islam ya'lu wala yu'la 'alaih.

Rabu, 20 Januari 2010

HASIL PEMILU TAKMIR


Alhamdulillahi robbil 'alamin
bahwa atas rahmat Allah usaha penyaluran aspirasi jama'ah masjid at Taqwa telah terlaksana dengan baik dan penuha antusias.
Dari proses tersebut, dihasilkan :
ketua terpilih:
Ust. Supriyono
dengan suara mutlak dari masyarakat.